Senin, 17 November 2014

Iman, Islam, Ihsan

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN








DISUSUN OLEH:
TRIYONO
B. 1310348
FAKULTAS ILMU PANGAN HALAL
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2013/ 2014








BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam agama Islam memiliki tiga tingkatan yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Tiap-tiap tingkatan memiliki rukun-rukun yang membangunnya.
Jika Islam dan Iman disebut secara bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan-amalan yang tampak dan mempunyai lima rukun. Sedangkan yang dimaksud Iman adalah amal-amal batin yang memiliki enam rukun. Dan jika keduanya berdiri sendiri-sendiri, maka masing-masing menyandang makna dan hukumnya tersendiri.
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah da syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah.
                      
    B.     Rumusan Masalah
1.    Mengetahui Hakikat Iman?
2.    Mengetahui Hakikat  Islam?
3.    Mengetahui Hakikat Ikhsan? 





BAB II
PEMBAHASAN
1.          Hakikat Iman  
Iman itu tidak sekedar percaya,  iman adalah seni memahami sepenuh hati dan keyakinan,  bahwasannya segala detail yang terjadi disetiap detik kedipan mata,  disetiap desiran keinginan yang melintasi langit  - langit dihati kita,  setiap luka, kesedihan, goresan – goresan yang menyayat hati itu semuanya telah tertulis dalam perencanaan dan pengetahuan serta pengawasan dan ketentuan takdir Allah subhannahu wa Ta’ala yang sempurna. [1]  Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk.  Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Saat iman di dalam hati manusia itu kuat dan stabil, maka kita akan merasakan energi iman yang luar biasa. Keberadaannya tidak hanya mampu meredam berbagai gejolak tapi mampu menundukkan jiwa, ia mampu mengubah semua nuansa hati yang cenderung mengeluh lalu mengarahkannya kepada suasana bahagia dalam jalan yang lurus dan diridhai. Iman yang kokoh sesungguhnya dibangun di atas keyakinan, dan keyakinan itu dibangun di atas ilmu. Ibarat air yang mengalir ke lautan, ilmu adalah hal yang akan mengantar kita kepada pengenalan dan pemahaman. Pemahaman yang kokoh inilah yang akan membuat jiwa seorang muslim senantiasa tegar dan tidak mutah patah.
Jika kita mampu mengingat bahwa keseluruhan peristiwa itu ada dalam kendali Allah, maka hati itu akan terarah untuk bersyukur atas berbagai sapaanNya. Saat tingkat kesadaran kita dalam tahap itu, Insya Allah kita akan mampu bersyukur. Jika iman kita terjaga maka akan terbentuk cahaya di hati kita.
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman paling  afdhol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu di manapun kamu berada. “ [2]
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalam Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal / 8: 2-4)
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:
1)   Iman kepada Allah
Di mana tauhid adalah hal pertama yang harus tertanam kuat di dalam diri kita. Karena pondasi tauhid yang lemahmembuat pilar – pilar iman kita melemah.
2)   Iman kepada malaikatNya
Dengan beriman kepada malaikat membuat diri kita senantiasa merasa bahwa aktifitas keseharian kita ada yang selalu mencatat dan melaporkan catatan amal kita pada Allah.

3)   Iman kepada kitabNya
Dengan menekuni, mengimani dan mengambil intisari dan terus mempelajari al – Quran kita akan menemukan kembali energi iman yang meneduhkan jiwa.
4)   Iman kepada rosulNya
Kita sebagai umat akhir jaman telah diperintahkan untuk belajar dan meneladani serta mengikuti titah rasulullah sebagai lentera digelapnya kehidupan. Mengimani berarti menumbuhkan kepercayaan bahwa dalam setiap anjurannya terdapat kebaikan.
5)   Iman kepada hari akhir / kiamat
Kiamat yang harus kita imani bukan hanya kiamat besar yang menandai berakhirnya kehidupan di alam semesta dan bumiNya. Tetapi juga kiamat kecil yang berupa kematian, dengan mengingat kematian senantiasa kita akan bersegera menyiapkan bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal.
6)   Iman kepada takdir
Mengimani takdir adalah pilar iman yang terakhir, di mana ketika kita mencapai tahapan iman hingga tahap 6 ini, Insya Allah sempurnalah iman kita.
Demikianlah kriteria amalan hati dari pribadi yang berIman, yang jika telah tertanam dalam hati seorang mukmin enam keImanan itu maka akan secara otomatis tercermin dalam prilakunya sehari - hari yang sinergi dengan kriteria keImanan terhadap enam poin di atas.
Jika Iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan Iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat Iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah, serta ibadah kita karena Iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.
Ketika Iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya Iman, sebagaImana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya:
“Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Alloh dan RosulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Alloh, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaImana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.Bukhori Muslim).

2.          Hakikat Islam
Islam bersal dari kata, as-salamuas-salmu, danas-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Berasal dari kata as-silmu atau as-salmu yang berarti damai dan aman. Berasal dari kata as-salmu, as-salamu, dan as-salamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan-kecacatan lahir dan batin.
Pengertian Islam menurut istilah yaitu, sikap penyerahan diri (kepasrahan, ketundukan, kepatuhan) seorang hamba kepada Tuhannya dengan senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, demi mencapai kedamaian dan keselamatan hidup, di dunia maupun di akhirat.
“...Islam yaitu : hendaklah engkau bersaksi tiada sesembahan yang haq disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utussan Allah. Hendaklah engkau mendirikan sholat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke rumah Allah jika engkau mampu mengerjakannya...
Siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, maka ia seorang muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan selain Allah maka ia seorang musyrik, sedangkan  seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir yang sombong.[3]
Semua ajaran Islam itu mudah, baik dalam masalah aqidah, akhlak, mua’amalah, dan lainnya. Karena dasar aqidah kembali pada rukun iman yang enam, merupakan aqidah yang benar. Aqidah yang dapat menenteramkan hati, mengantar orang yang meyakininya menuju tujuan yang paling mulia dan tuntutan yang paling utama. Dalam QS. Al Hajj / 22:78 Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman :
Artinya : “... dan tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama ... “ (QS. Al Hajj / 22:7)
Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:
1)      Membaca dua kalimat Syahadat
2)      Mendirikan sholat lima waktu
3)      Menunaikan zakat
4)      Puasa Ramadhan
5)      Haji ke Baitullah jika mampu.
                                                           
3.      Hakikat Ihsan
Ihsan berarti berbuat baik. Orang yang berbuat Ihsan disebut muhsin berarti orang yang berbuat baik. Setiap perbuatan yang baik yang nampak pada sikap jiwa dan prilaku yang sesuai atau dilandaskan pada aqidah dan syariat Islam disebut Ihsan. Dengan demikian akhlak dan Ihsan adalah dua pranata yang berada pada suatu sistem yang lebih besar yang disebut akhlaqul karimah[4]
Adapun dalil mengenai Ihsan dari hadits adalah potongan hadits Jibril yang sangat terkenal (dan panjang), seperti yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ketika nabi ditanya mengenai Ihsan oleh malaikat Jibril dan nabi menjawab:
…أَنْ تَعْبُدَ اللّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإنَّهُ يَرَاكَ…
“…Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya. Tapi jika engkau tidak melihatNya, maka sesungguhnya Allah melihatmu...
Hadits tersebut menunjukan bahwa untuk melakukan Ihsan, sebagai rumusnya adalah memposisikan diri saat beribadah kepada Allah seakan-akan kita bisa melihatNya, atau jika belum bisa memposisikan seperti itu maka posisikanlah bahwa kita selalu dilihat olehNya, sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.

Hubungan Iman, Islam, dan Ihsan
Diatas telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal balik  antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal,  bila diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah, maka islamnya pun akan condong, lebih -  lebih akan rubuh. Dalam realitanya mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah, rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga pada tipisnya iman.
Dalam hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :
قال علي كرم الله وجهه إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله
Artinya : “Sahabat Ali, Berkata : Sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang  putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut  akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati. “
Adapun ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan berusaha bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan- Nya. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah- Nya untuk mendapatkan perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.








BAB III
KESIMPULAN
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang sesuai dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri. Akan tampak bahwa Muhammad itu benar dan jujur, bahwa Allah berhak untuk disembah, bahwa Islam itu agama yang sempurna yang berhak dianut sekalian umat manusia.





 


“...ISLAM BUKAN SEKEDAR HALAL HARAM ATAU RETORIKA SURGA NERAKA, TAPI ISLAM ADALAH JALAN PANJANG MENUJU KEBAHAGIAN SESUNGGUHNYA, LAKSANA MERCUSUAR DI LAUTAN YANG GELAP, ISLAM ADALAH PETUNJUK ARAH AGAR LANGKAH KITA TERARAH...”



DAFTAR PUSTAKA
Al Indunssy, Nuruddin,  Rehab Hati, (Purbalingga: Pustaka Tarbiyah Semesta: 2012)
Al Qarni, ‘Aidh, La Tahzan, (Jakarta: Qisthi Press: 2012)
Nusadi, Ahmad, dkk, As – Sunnah, (Surakarta: Yayasan Lajnah Istiqomah: 2013)
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010)
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah,  Ensiklopedia Islam Al-Kamil, (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).

[1]  Al Indunssy, Nuruddin,  2012, Rehab Hati, Purbalingga: Pustaka Tarbiyah Semesta, hal. 153
[2]  HR. Ath Thobari
[3] At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, 2010, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Jakarta: Darus Sunnah Press, hlm.88

[4]  Wahhab, Muhammad bin Abdul, 2004 , Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,Riyadh: Darussalam, hlm.23-24